Mengupas dan Membahas Masalah Agama

  • RSS
  • Delicious
  • Digg
  • Facebook
  • Twitter
  • Linkedin
Sit amet felis. Mauris semper,

Welcome to WordPress. This is your first post. Edit or delete it, then start blogging!Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam. Etiam augue pede, molestie eget, ...

Category name clash

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam. Etiam augue pede, molestie eget, rhoncus at, convallis ut, eros. Aliquam pharetra. Nulla in tellus eget odio sagittis blandit. ...

Test with enclosures

Here's an mp3 file that was uploaded as an attachment: Juan Manuel Fangio by Yue And here's a link to an external mp3 file: Acclimate by General Fuzz Both are CC licensed. Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Quisque sed felis. Aliquam sit amet felis. Mauris semper, velit semper laoreet dictum, ...

Block quotes

Some block quote tests: Here's a one line quote. This part isn't quoted. Here's a much longer quote: Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. In dapibus. In pretium pede. Donec molestie facilisis ante. Ut a turpis ut ipsum pellentesque tincidunt. Morbi blandit sapien in mauris. Nulla lectus lorem, varius aliquet, ...

Contributor post, approved

I'm just a lowly contributor. My posts must be approved by the editor.Mauris semper, velit semper laoreet dictum, quam diam dictum urna, nec placerat elit nisl in quam. Etiam augue pede, molestie eget, rhoncus at, convallis ut, eros. Aliquam pharetra. Nulla in tellus eget odio sagittis blandit. Maecenas at ...

Posted by Bud-Kar Blog - - 0 komentar

Radio ‘W-MAL” Amerika yang termasuk dalam ‘Disney group’ mengusir dengan tidak hormat penyiar radio terkenal yang bekerja padanya. Pengusiran ini terkait dengan acara ‘on air’ radio yang dipandunya di mana ia menyebut agama Islam sebagai “Organisasi Teroris.” Dalam acara tersebut ia mengeluarkan beberapa statement, di antaranya ia mengatakan, “Islam adalah organisasi teroris” “Islam dalam kondisi perang dengan Amerika” “Yang menjadi problem bukan terorisme tetapi yang menjadi problem itu adalah Islam itu sendiri” “Kami sedang berperang dengan suatu organisasi teroris yang disebut dengan Islam.”

Seperti dimuat dalam situs surat kabar “San Fransisco Cronicle” yang terbit di Amerika, “Radio W-MAL, senin, telah memecat penyiar radionya, Michel Graham setelah ia menolak untuk mencabut ucapannya bahwa Islam adalah organisasi teroris dan menyampaikan permintaan ma’af secara terbuka kepada umat Islam Amerika serta setelah berbagai upaya untuk menjebataninya dengan mereka gagal dilakukan.”

Sebelummya, majelis hubungan Amerika-Islam (CAIR) telah mengecam ucapan Michel Graham tersebut. Kecaman ini dilontarkan karena yang bersangkutan menolak untuk mengemumkan permintaan ma’afnya kepada kaum Muslimin secara ‘on air.’

Dalam keterangan persnya, penyiar Amerika itu mengatakan, “Saya menemukan bahwa tekanan yang dilakukan sekelompok orang yang membela kepentingan individu-individu tertentu seperti CAIR adalah sebagai preseden memalukan dan bisa menyebabkan orang tidak lagi dapat mengekspresikan pendapatnya dan saling bertukar pikiran tanpa rasa takut seperti yang selama ini mereka dapatkan dalam acara yang saya pandu di radio.” Demikian seperti yang diklaimnya.

Dalam acara televisi yang disiarkan langsung dari Washington pada 25 Juli lalu oleh radio di mana Graham bekerja, ia mengatakan, “Sesungguhnya yang menjadi problem bukan terorisme tetapi yang menjadi problem itu adalah Islam itu sendiri…kami dalam kondisi perang dengan organisasi terorisme yang diberi nama ‘Islam’.” Demikian menurutnya…

Dan empat hari berikutnya, tepatnya tanggal 29 Juli, pihak radio tersebut mengumumkan penghentian program acara ‘Talk Radio.’

Direktur radio ‘Christian Ferry” dalam keterangannya mengatakan, “Acara ‘Talk Radio’ merupakan ajang diskusi yang sangat bagus sekali untuk mendiskusikan tema-tema penting yang berkaitan dengan masyarakat kita…Sekali pun demikian, statement yang dikeluarkan Michel Graham pada tanggal 25 Juli lalu memang sudah melampaui batas sehingga program tersebut dihentikan dulu selama masa penyidikan internal.”

Ia menambahkan, “Menurut kami sudah tidak ada lagi alasan dan kami berkeyakinan bahwa statement-statementnya tersebut memang tidak bertanggungjawab.”

Dalam pada itu, CAIR merespons positif diusirnya penyiar radio yang telah melecehkan Islam tersebut dengan menilai mekanisme pengusiran itu sudah sesuai. Ia juga menyatakan, pihaknya telah banyak menerima keluhan dari para pendengar kaum Muslimin.

Sekjen CAIR, Nahhad Iwadh mengatakan, “Kami menyambut baik sikap radio W-MAL sebagai langkah yang benar guna mengurangi intensitas sikap rasis di beberapa radio negeri kita ini akan tetapi kami sangat menyayangkan kalau Graham menolak untuk memikul tanggungjawab atas statement-statementnya yang penuh dengan kebencian tersebut.”

Iwadh meminta semua pihak yang merasa muak dengan statement Graham agar menghubuni radio bersangkutan untuk menunjukkan dukungan mereka terhadapnya melawan berbagai upaya penekanan yang bisa saja dialaminya dari sebagian fans Graham yang meminta agar ia dikembalikan ke jobnya semula.

Seperti diketahui, pasca tragedi 11 september beberapa tahun lalu, sikap kebencian dan anti Islam memang semakin meluas dan merebak di Amerika Serikat. (istod/AS)


[ Read More ]

Posted by Bud-Kar Blog - - 0 komentar

Assalamu'alaikum wr. wb.

Ustadz Ahmad,Saya pernah mendengar Quraish Shihab mengatakan bahwa bahasa Al Qur'an dan Bahasa Arab itu berbeda. Sebetulnya dimana letak atau bagaimana perbedaannya?
Seperti yang dikatakan-Nya dalam Al Qur'an, mengapa Al Qur'an sulit ditiru walaupun satu ayat? dimana letak kesulitan bagi para penyair itu menirukan bahasa Al Qur'an?
Saya mohon sekali jawabannya. Jazakumullahu.

 Wassalamualaikum Wr Wb.
 Ajie Ewin

Jawaban :
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Al-hamdulillah, wash-shalatu wassalamu 'ala rasulillah, wa ba'du
Bahasa Arab adalah bahasa yang secara resmi digunakan Allah SWT dalam firman-Nya dalam bentuk Al-Quran Al-Kariem. Dalam hal bahasa, tidak bisa dipungkiri bahwa Al-Quran itu berbahasa arab. Salah besar bila ada sementara pendapat yang mengatakan bahwa Al-Quran bukan berbahasa arab. Bahkan Allah SWT sendiri yang menyebutkan bahwa bahasanya memang bahasa arab.
Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya.(QS. Yusuf : 2)
Dan demikianlah, Kami telah menurunkan Al Quran itu sebagai peraturan dalam bahasa Arab . Dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang pengetahuan kepadamu, maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap Allah.(QS. Ar-Ra'd : 37)
Dan sesungguhnya Kami mengetahui bahwa mereka berkata: "Sesungguhnya Al Qur'an itu diajarkan oleh seorang manusia kepadanya ". Padahal bahasa orang yang mereka tuduhkan Muhammad belajar kepadanya bahasa 'Ajam , sedang Al Qur'an adalah dalam bahasa Arab yang terang.(QS. An-Nahl : 103)
Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur'an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali, di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka bertakwa atau Al Qur'an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.(QS. Thaha : 113)
Dan sesungguhnya Al Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin, ke dalam hatimu agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.(QS. Asy-Syu'ara : 192-195)
Yang membedakannya dengan selain ayat Al-Quran adalah dari sisi kualitas nilai sastranya yang teramat tinggi, sehingga semua ahli sastra dan penyair Arab tahu persis bahwa tak mungkin ada seorang pun yang mampu menandinginya. Sedemikian indah ungkapan-ungkapan Al-Quran dalam bahasa Arab sehingga orang-orang kafir Quraisy yang sangat keras permusuhannya kepada Rasulullah SAW, justru diam-diam sangat mengagumi keindahan Al-Quran dari segi nilai sastranya. Bahkan mereka secara sembunyi-sembunyi seringkali mencuri dengar ayat Al-quran bilamana ada ayat yang sedang dibacakan.
Disitulah salah satu letak kemukjizatan Al-Quran yang hingga hari ini masih tetap eksis. Sementara nyaris semua mukjizat para nabi tidak bisa disaksikan lagi kecuali tinggal cerita. Adapun mukjizat Al-Quran adalah keindahan tata bahasa dan sastranya, yang semua orang pada hari bisa melihat dengan jelas dan nyata.
Sayangnya umat Islam di negeri kita justru buta bahasa arab, sehingga salah satu mukjizat Al-Quran menjadi lenyap di mata kita. Sayang sekali...
Wallahu a'lam bish-shawab, Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Ahmad Sarwat, Lc

[ Read More ]

Posted by Bud-Kar Blog - - 0 komentar

Yth. Bapak Ust. Ahmad Sarwat. Lc.

1. Di dalam mesjid suatu kantor ada yang sholat dhuha sedang saya setelah shalat dhuha membiasakan diri membaca al-Qur'an dengan bersuara tidak keras karena sedang menghafal mana yang lebih utama, membaca al-Qur'an setelah shalat dhuha? Setelah dilarang saya berhenti membaca al-Qur'an di mesjid itu.
2. Di sisi lain kita sering mengadakan taklim Al-Islam setelah shalat dzuhur (ini berlaku setiap hari waktu dzuhur dan ashar), mana yang utama ceramah Islam ditiadakan atau sholat dzuhur dan ashar kelompok kedua dan ketiga dan seterusnya diakhirkan pelaksanaannya, masalahnya berkaitan dengan jam tor/ kerja.
Hormat saya,
Mirsod
Jawaban:
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah washshalatu wassalamu 'ala rasulillah, wa ba'd.
Bapak Mirsod yang dirahmati Allah, kami mohon maaf bila sudah 7 kali anda mengirim pertanyaan tapi belum terjawab. Bukan mencari alasan, tapi mengingat pertanyaan yang masuk sedemikian banyak sehingga kami sangat erharap kelapangan hati anda untuk memakluminya. Insya Allah pada esempatan ini kita diizinkan-Nya untuk melakukan tanya jawab.
Mengenai pertanyaan anda yang pertama, kami sangat terkesan bahwa anda masih punya keinginan untuk menghafalkan ayat-ayat Allah SWT di tengah kesibukan mencari rizki. Sungguh sebuah sikap yang utama bagi seorang muslim.
Dan sebenarnya anda bisa mensiasati teknik membaca atau menghafal Al-Quran bila anda khawatir bacaan anda mengganggu orang lain yang sedang shalat Dhuha' juga. Misalnya anda bisa merendahkan suara bacaan, atau mengambil posisi yang agak jauh dari tempat shalat orang lain. Sebab membaca Al-Qur'an tidak disyaratkan harus dengan suara yang keras, apalagi sampai menggangu orang lain. Bahkan anda pun boleh membaca Al-Qur'an dengan berbisik yang nyaris tidak terdengar oleh orang di samping anda.
Masalah yang kedua pun sebenarnya bisa dikompromikan dengan teknik tertentu. Misalnya, ceramah yang bila memang dirasa sangat perlu itu tidak harus menggunakan pengeras suara, agar tidak mengganggu orang yang shalat belakangan.
Atau bisa juga dibuat ketentuan bahwa orang-orang yang datang terlambat untuk shalat boleh melakukan shalat berjamaah tapi posisinya agak menjauh dari tempat dilakukannya ceramah. Atau bisa juga dibalik, yaitu acara ceramah agama ba'da shalat tidak dilakukan langsung dari shaf terdepan, melainkan menempati posisi agak ke belakang agar bila ada jamaah shalat baru, mereka bisa shalat pada shaf terdepan.
Dan masih banyak teknik lainnya yang bisa dipikirkan dimana intinya adalah agar kedua kegiatan itu tetap bisa berlangsung khidmat dan nyaman serta tidak saling mengganggu.
Wallahu a'lam bish-shawab
Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Ahmad Sarwat, Lc.

[ Read More ]

Posted by Bud-Kar Blog - - 17 komentar

Apakah Allah SWT mau memaafkan seseorang yang sudah pernah berzina?

Yulianto

Jawaban:
Assalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Al-hamdulillah, wash-shalatu wassalamu 'ala rasulillah, wa ba'du
Tidak ada jalan apapun bagi orang yang pernah melakukan dosa termasuk zina selain bertobat dan minta ampun kepada Allah SWT. Taubat itu harus dimotivasi oleh rasa sesal yang teramat mendalam hingga tidak pernah lagi terlintas di kepala untuk mengulanginya. Bila sampai taraf demikian maka benarlah bahwa taubat itu menghapus dosa sebelumnya.
Dan pintu taubat tetap terbuka penuh kapan pun sampai datangnya hari kiamat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam salah satu sabdanya:
Dari Abi Musa Abdullah bin Qais Al-Asy'ari ra dari Nabi SAW berkata, "Sesungguhnya Allah SWT tetap mengulurkan tangannya pada malam hari agar orang yang bermaksiat pada siangnya bertaubat. Dan masih mengulurkan tanggannya pada siang hari agar orang yang bermaksiat pada malam hari bisa bertaubat. Sampai matahari terbit dari arah barat (terjadinya kiamat)." (HR Muslim)
Selain itu Allah SWT berfirman:
Maka barangsiapa bertaubat sesudah melakukan kejahatan itu dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima taubatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Maidah: 39)
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS Al-Baqarah: 222)
Dan khusus taubat dari dosa zina, Rasulullah SAW pernah menghukum mati pelaku zina. Namun ending dari kisah kedua orang itu adalah surga.
Orang yang pertama adalah Maiz. Beliau datang kepada Rasulullah dengan pengakuan telah berzina. Namun Rasulullah SAW tidak menerima pengakuannya. Pada kali berikutnya, Maiz datang lagi dengan pengakuan yang sama, barulah kemudian beliau SAW merajamnya. Melihat hal itu sebagian orang ada yang berkomentar bahwa Maiz telah celaka karena kesalahannya terlalu berat. Namun sebagian lagi mengatakan bahwa tidak ada taubat yang lebih benar kecual taubatnya Maiz. Lalu Rasulullah SAW bersabda, "Sungguh Maiz telah bertaubat dengan taubat yang bila dibagikan kepada seluruh ummatnya pasti akan mencukupi."
Orang kedua adalah seorang wanita (dari kabilah) Ghamidiyah dengan kasus yang mirip, di mana dia datang kepada Rasulullah SAW dengan pengakuan telah berzina dan minta dirajam. Rasulullah SAW menolak permintaannya. Esok harinya wanita itu datang lagi dengan maksud yang sama dan berkata, "Ya Rasulallah, janganlah Anda tolak permohonanku sebagaimana Anda menolak pengakuan Maiz. Demi Allah, aku telah hamil."
Rasulullah SAW bersabda, "Kalau begitu pergilah hingga kamu melahirkan." Ketika wanita itu telah melahirkan, datanglah dia bersama dengan bayinya, namun Rasulullah sekali lagi menolaknya dan meminta agar wanita itu menyempurnakan penyusuan bayinya. Setelah bayi itu sempurna penyusuannya, wanita itu kembali lagi mendatangi Rasulullah SAW dengan bayinya dan sekerat roti di tangan bayi itu dan berkata, "Ya Rasulallah, aku telah sempurnakan penyusuannya. Bayiku telah bisa makan makanannya sendiri. Lalu bayi itu diserahkan kepada seseorang muslim."
Lalu Rasulullah SAW memerintahkan untuk menjalankan eksekusi dan wanita itu dipendam di tanah sebatas dadanya dan meminta orang-orang mulai merajamnya. Khalid bin Walid melemparinya dengan batu kepalanya hingga darah memercik dari kepalanya sambil memakinya. Makian Khalid itu terdengar oleh Rasulullah SAW dan beliau bersabda, "Ya Khalid, demi Allah Yang jiwaku berada di tangannya, wanita ini telah bertaubat yang bila taubatnya itu dibagikan kepada penduduk, maka Allah mengampuninya." Kemudian wanita itu dishalati dan dikebumikan.
Dari dua kisah yang terjadi di masa lalu, kita simpulkan bahwa bila seseorang bertaubat ataz zina yang pernah dilakukannya dengan taubat yang sesungguhnya serta diiringi dengan minta ampun kepada Allah, penyesalan dan meninggalkan semua dosa-dosa itu, lalu memulai kehidupan yang baru yang jauh dari dosa dan suci dari noda, maka sesungguhnya Allah akan mengampuni dan memasukkan hambanya yang bertaubat itu ke dalam kelompok orang-orang yang shalih.
Sedangkan cara taubat yang benar antara lain adalah:
1. Adanya penyesalan yang merasuk ke dalam hati atas apa yang pernah dilakukannya itu.
2. Meminta ampun kepada Allah seta bermohon agar catatan amal buruknya itu dihapuskan selam di dunia ini.
3. Tidak mengulangi dan meninggalkan seluruhnya semua perbuatan yang demikian itu.
Dan lebih baik bila perbuatan buruk itu dihapus dengan perbuatan baik yang besar karena Allah berfirman:
Sesungguhnya amal baik itu menghapus amal yang buruk. (QS Huud:114)
Misalnya dengan menyumbangkan harta yang besar untuk faqir miskin, atau membangun masjid, atau membangun pesantren dan lembaga pendidikan atau mewakafkan perusahaan yang produktif agar penghasilannya bisa digunakan untuk kepentingan umat Islam.
Amal di sini diutamakan yang bersifat jariyah atau yang pahala terus mengalir meski si pelakunya sudah wafat. Karena dengan itu maka pahala kebaikan akan terus mengalir tanpa henti. Dengan demikian sedikit demi sedikit akan menghapus dosa-dosa yang ada.
Wallahu a'lam bish-shawab, Wassalamu 'alaikum warahmatullahi wa barakatuh
Ahmad Sarwat, Lc.

[ Read More ]

Posted by Bud-Kar Blog - - 0 komentar

Agama atau "dien" di dalam Bahasa Arab berarti aturan yang dipatuhi dan dijadikan sebagai jalan hidup. Ber-agama, katakanlah beragama Islam, itu artinya kita memilih dan menjadikan Islam yang diajarkan oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , sebagai pedoman atau jalan hidup yang kita tempuh dan kita patuhi selama menjalani kehidupan di dunia ini. Kita patuhi segala aturan dan ajarannya dengan penuh kesadaran, baik dalam kehidupan individu maupun dalam kehidupan kolektif (masyarakat). Memilih Islam sebagai jalan hidup itu juga berarti kita rela dengan segala konsekwensinya, kita yakini dengan sepenuh hati dan penuh kesadaran jiwa dan akal akan apa yang diperin tahkan kepada kita untuk diyakini, dan kita laksanakan semua perintah-perintahnya dengan penuh kesadaran pula, dan kita jauhi larang-larangnya dengan penuh keikhlasan dan ketulus-an hati kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala .

Maka seorang muslim yang baik adalah muslim yang selalu memelihara dan menjaga komitmennya kepada keyakinannya, dan tetap berpegang teguh kepada pendirian dan keyaki-nannya sebagaimana tercermin di dalam ajaran Islam yang ia anut, apa pun resikonya. Itulah arti dari memilih Islam sebagai agama dan the way of life (jalan kehidupan).

Berikut ini beberapa prinsip dasar yang harus tetap kita yakini dan kita pelihara di tengah dahsyatnya kecamuk golombang pemikiran yang sesat dan menyesatkan yang dihembuskan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam lingkaran syetan JIL (Jaringan Islam Liberal), pengusung faham Islam Inklusif atau pun Pluralisme, mereka berkeyakinan, bahwa semua agama adalah sama, tidak boleh mengatakan agama sendiri (Islam) yang benar, sebab semuanya adalah benar, semua menuju Tuhan, hanya penamaan Tuhan dan cara beribadahnya saja yang berbeda. Dengan memahami prinsip-prinsip dasar agama Islam, mudah-mudahan kita tidak akan mudah diombang-ambingkan oleh syubhat/kerancuan yang mereka lontarkan, insya Allah.

Prinsip-prinsip dasar yang dimaksud yakni:
§    Prinsip pertama; Kita meyakini dengan sepenuh hati dan seyakin-yakinnya, bahwa hanya Allah yang berhak kita sembah. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Tidak ada sesuatu apa pun yang menyerupai-Nya.

Prinsip ini jelas manafikan segala macam sesembahan dan obyek ibadah selain Allah, maka penamaan Tuhan (ilah) yang tidak berdasarkan keterangan yang dijelaskan sendiri oleh Allah dan Rasulullah adalah batil. Itu tidak lebih sebagaimana yang dikatakan Allah "asma' sammaitumuha antum wa abaukum" sebutan (nama-nama) Tuhan yang kalian dan moyang kalian julukkan, sama sekali tidak ada hujjah dan sulthan (kekuatan argumen) atasnya.

Oleh karena itu, menamakan Allah dengan nama Brahma atau Kristus misalnya, serta beribadah kepadanya, maka jelas merupakan kebatilan, karena yang demikian bertentangan dengan prinsip tauhid atau keesaan Allah. Berbeda halnya ketika umat Islam menyebut ar-Rahman atau ar-Rahim, maka yang dituju dan dimaksud tetap Allah juga, karena Allah sendiri telah menyatakan, bahwa Dirinya memiliki nama demikian. Di samping itu, ada masalah yang lebih prinsip lagi yaitu, bahwa masing-masing penyebutan Tuhan di dalam setiap agama memiliki konsep, persepsi dan kaidah yang berbeda-beda yang jelas tidak mungkin bersatu dengan konsep ketauhidannya kaum muslimin. Maka menyamakan prinsip ketuhanan antara Islam dengan agama-agama yang lain, berarti menyamakan Allah dengan ilah-ilah yang lain atau kalau itu diisti-lahkan dalam Bahasa Arab namanya syirik alias menyekutukan Allah.
§    Prinsip ke dua ; Kita yakini, bahwa satu-satunya jalan keselamatan yang dapat mengantarkan kita kepada keridhaan Allah adalah menempuh jalan hidup di atas ajaran Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, Shalallaahu alaihi wasalam .

Memegang prinsip ini berarti menolak tata cara ibadah yang tidak berdasarkan tuntunan yang dibawa oleh Rasulullah , maka tidak berlaku slogan banyak jalan menuju Roma, namun yang berlaku adalah beribadah hanya kepada Allah dengan cara yang telah diajarkan Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam, inilah makna syahadat la ilaha illallah Muhammad Rasulullah. Orang Islam tidak akan mungkin menyembah Allah di Pura dengan tata cara ibadah Hindu, meskipun dengan menyebut nama Allah, atau menyembah dewa Brahma, Kristus di dalam masjid. Demikian pula orang Hindu tidak akan mungkin melakukan shalat di masjid, meskipun dengan menyebut Tuhan mereka. Jika hal itu sampai dilakukan oleh seorang muslim, maka persaksian la ilaha illallah Muhammad rasulullah dengan sendirinya gugur dan batal, maka pengakuan seribu kali sebagai muslim pun tidak berlaku sebelum ia betaubat serta meninggalkan sesembahan selain Allah dan cara ibadah yang di luar Islam itu.

"Sesungguhnya agama (yang diterima) di sisi Allah adalah Islam". (Ali Imran: 19)
"Barang siapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali Allah tidak akan menerimanya, dan ia di akhirat kelak termasuk orang-orang yang merugi". (Ali Imran: 85)
"Pada hari ini telah Kusempurna-kan bagimu agamamu dan telah Kusem-purnakan atasmu karunia-Ku dan Aku ridha Islam sebagai agama bagi kamu". (al-Ma'idah: 3)
§    Prinsip ke tiga; Kita yakin dengan sepenuh hati, bahwa Islam telah mewakili dan sekaligus meng-hapus (muhaiminan `alaih) agama-agama yang pernah diturunkan Allah sebelumnya.

Dan sebaliknya kita pula meyakini, bahwa agama lain sama sekali tidak dapat dijadikan sebagai jalan menuju keselamatan, sekalipun kata pemeluk-nya merupakan jalan menuju kesela-matan. Karena al-Qur'an, kitab suci kita menginformasikan kepada kita, bahwa ajaran dan kitab suci agama-agama terdahulu (baca: Taurat dan Injil) telah tidak sempurna, mengalami perubahan substansial, diselewengkan (tahrif). Yang demikian itulah yang diajarkan oleh agama Allah. Dan kita wajib meyakini, bahwa siapa saja yang tidak beriman kepada Islam, Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam, dan keesaan Allah (tauhid) yang diajarkan oleh para nabi, adalah kafir dan tempatnya di neraka. Sebab Allah Subhannahu wa Ta'ala. dan Rasul-Nya telah menyatakan demikian!

"Demi Allah yang jiwa Muhammad ada dalam genggaman-Nya, tiada seorang Yahudi ataupun seorang Nasrani yang mendengar seruanku ini, lalu ia mati (padahal) tidak beriman kepada ajaranku, melainkan ia adalah penghuni neraka." (HR. Muslim dari Abu Hurairah).

Nabi Shalallaahu alaihi wasalam telah mengisyaratkan bahwa siapa saja dari umat yang dia dakwahi dan atau ia mendengarkan dakwah tersebut, namun tidak mau beriman dengan risalah yang beliau bawa, maka dia pasti menjadi penghuni neraka, tidak peduli Yahudi atau Nashrani.

Akan tetapi, meskipun kita meyakini, bahwa Islam adalah jalan satu-satunya yang dapat mengantarkan kita kepada keselamatan, ia tidak boleh dipaksakan kepada non muslim untuk meyakini dan mengamalkan ajarannya, apalagi memaksa mereka supaya memeluknya. Sebab Allah telah menegaskan, “Tidak ada paksaan di dalam agama". Namun tugas yang diembankan kepada kita, yaitu me-nyampaikan dan menyosialisasikan ajaran Islam adalah harus dan wajib kita lakukan dengan penuh hikmah, pelan-pelan dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk merenung dan berproses secara bertahap.
§    Prinsip ke empat ; Kita wajib mengafirkan mereka (non muslim) atau menyebut mereka sebagai orang kafir.

Karena Allah telah menyatakan kekafiran mereka, sebagaimana firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang kafir dari Ahlu Kitab (Yahudi dan Nasrani) dan orang-orang musyrik, bahwa mereka tidak akan meninggalkan agamanya sebelum datang kepada mere-ka bukti yang nyata". (al-Bayyinah:1)

"Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata "sesungguhnya Allah itu ialah "Almasih putra Maryam". (al-Ma`idah: 72).
Demikian pula tentang aqidah trinitasnya kaum Nashara, Allah telah menjelaskan dengan gamblang,
"Sesungguhnya kafirlah orang- orang yang mengatakan (berkeyakinan) bahwasanya Allah itu salah satu dari yang tiga". (al-Ma`idah:73).

Meragukan kekafiran mereka adalah bentuk ketidakpercayaan kepada Allah dan firman-Nya dan wujud ketidakberimanan kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam. Maka dari itu para ulama menegaskan, bahwa di antara penyebab seseorang itu murtad, keluar dari Islam adalah "Tidak mengafirkan atau meragukan kekafiran orang-orang kafir", yaitu mereka yang dinyatakan oleh Allah sebagai orang kafir.
§    Prinsip ke lima ; Kita tidak boleh melakukan tindakan tidak beradab, anarkisme, pembunuhan, perusakan dan kekerasan terhadap siapa pun, terhadap orang muslim ataupun orang kafir.

Selagi orang-orang kafir itu tidak mengganggu atau memerangi kita dalam bentuk apa pun. Bahkan sebaliknya Allah menganjurkan kepada kita agar kita berbuat baik dan berlaku adil terhadap mereka.
"Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang (kafir) yang tidak memerangimu, karena agama dan tidak (pula) mengusirmu dari negerimu. Sesung-guhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku Adil". (al-Mumtahanah: 8)

Rasulullah, Shalallaahu alaihi wasalam pun telah bersabda: "Barang siapa yang mengganggu seorang kafir dzimmi, maka aku adalah musuh-nya di Hari Kiamat kelak". (al-Hadits).

Begitu indahnya ajaran Islam yang kita anut ini! Ajarannya penuh dengan keadilan, kesejukan, keramahan dan ketegasan. Betapa indahnya eksklusifisme yang diajarkannya kepada kita! Ia mengajak kita supaya menjadi muslim yang eksklusif! Muslim yang benar-benar menampakkan jati diri, tidak mengkaburkan diri namun adil dan menjunjung tinggi nilai-nilai budi pekerti yang luhur.

Eksklusif tapi tidak anarkis. Eksklusif tapi tidak memaksakan kehendak! Eksklusif tapi tetap bersikap baik terhadap siapa pun selagi tidak disakiti, tidak diganggu dan tidak diperangi! Eksklusif tapi adil! Eksklusif tapi tegas! Eksklusif tapi toleran dengan tidak mencampur baurkan ajaran agamanya dengan ajaran agama lain!

Jika demikian, maka kita kaum muslimin harus bangga dengan Islam yang kita anut, harus bangga menjadi seorang muslim yang eksklusif. "Katakanlah, saksikan, bahwa sesungguhnya kami adalah orang-orang Islam!".

[ Read More ]

Posted by Bud-Kar Blog - - 0 komentar

eramuslim - Setelah pengusiran anggota Ahmadiyah dari markasnya di kawasan Parung, Bogor, pekan lalu, polemik sekitar kelompok keagamaan asal Pakistan itu terus bergulir. Mulai dari silang pendapat apakah Ahmadiyah bagian dari ummat Islam ataukah tidak, sampai ajakan untuk menempatkan Ahmadiyah sebagai sebuah agama baru yang keberadaannya diakui undang-undang.
Dari catatan sejarah, persoalan Ahmadiyah sebenarnya bukan persoalan baru di Indonesia. Geliat Ahmadiyah bahkan memaksa MUI mengeluarkan fatwa tahun 1980. Lembaga tertinggi ulama Indonesia itu menetapkan bahwa Ahmadiyah bukan Islam dan menyesatkan. Untuk mendapatkan gambaran lebih jauh tentang Ahmadiyah, berikut kutipan bincang-bincang eramuslim dengan KH Kholil Ridwan, Anggota MUI, Ketua Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKSPPI) dan Wakil Ketua Komite Indonesia untuk Dunia Islam (KISDI):
Sampai saat ini belum ada sikap resmi dari pemerintah atas kekecewaan terhadap keberadaan Ahmadiyah. Bagaimana Komite Indonesia untuk Dunia Islam (KISDI) melihat masalah ini?
Ahmadiyah itu bukan Islam. Karena bukan Islam. Maka ia tidak berhak hidup di bumi Indonesia. Yang berhak hidup menurut undang-undang di Indonesia itu adalah, Islam, Kristen, Katholik, Hindhu dan Budha. Di luar itu tidak dibenarkan. Jadi, agama seperti Ahmadiyah, di Indonesia tidak boleh mendakwahkan agamanya di Indonesia. Kalau mendakwahkan berarti melanggar undang-undang. Kita berharap Pemerintah RI menindak.
Kalau saja, misalnya, Arswendo membuat kasus penelitian orang terpopuler, Nabi Muhammad nomor 10, diganjar delapan tahun. Lalu yang di Malang, yang menerjemahkan shalat dengan bahasa Indoensia, ditahan dan ditangkap. Maka Ahmadiyah, yang pelanggarannya lebih besar dari itu , mestinya juga ditangkap. Karena dia (Ahmadiyah) memprovokasi umat Islam untuk berbuat anarkhi. Mestinya Pemerintah berbuat, dan KISDI berharap itu.
Bukankah Ahmadiyah sudah lama ada di Indonesia. Kenapa reaksi itu baru muncul sekarang?
Betul, Ahmadiyah sudah lama di Indonesia. Kita sebenarnya percaya pada Pemerintah, kita percaya pada Kejaksaan Agung, pada polisi. Tapi kenyataannya, setelah di makan waktu, mereka besar dan mereka mengadakan acara, lalu kita bereaksi. Lho, Ahmadiyah besar begini, dan mengundang tokoh internasionalnya. Kalau mereka tidak mengundang, mungkin kita tidak (bereaksi, red). Pernyataan kita merupakan reaksi pernyataan Dawam Rahardjo dan Aliansi Masyarakat Toleransi Beragama. Sebagai reaksi, yang resah sebenarnya masyarakat Parung, Bogor yang ada di sekitar markas Ahmadiyah. Mereka terprovokasi dengan kegiatan itu. Jadi reaksi KISDI itu atas pernyataan Dawan dan kawannya itu.
Ahmadiyah, menurut Anda, bagian dari Islam atau memang di luar Islam?
Kita melihat Rabithah (Rabithah 'Alam Islamy, red), di situ ada kubaro (petinggi-petinggi, red), ulama, ada majelis ulama internasional, telah menghukumkan bahwa Ahmadiyah di luar Islam. Jadi kita ikuti pendapat itu saja. Di Pakistan Ahmadiyah disamakan dengan minoritas, seperti Kristen, Katholik, Hindhu dan Buddha. Orang-orang Pakistan yang mau naik haji minta visa ke Kedubes harus membawa surat keterangan bahwa dia bukan Ahmadiyah. Karena orang Ahmadiyah tidak dianggap Islam.
Berarti Ahmadiyah memakai-makai istilah Islam hanya sebagai kedok, dalih atau cara untuk dianggap sebagai bagian dari umat Islam atau ormas Islam?
Justru itu yang merusak Islam. Kalau mereka menganggap Ahmadiyah sebagai agama sendiri, tidak membawa-bawa Islam dan Al-Qur'an, maka silahkan saja. Itu lakum diinukum waliya dien . Justru kebebasan agama di situ. Jadi kalau kita dibilang tidak memberikan kebebasan beragama itu tidak benar. Justru mereka (Ahmadiyah) itu merusak agama kita. Kalau mereka ingin mendirikan agama silahkan mendirikan agama sendiri, tapi tidak mengklaim bagian dari Islam. Tapi di Indonesia tidak berhak hidup. Karena yang sesuai dengan UU itu cuma ada lima.
Kalau ada yang mengatakan bahwa Ahmadiyah tidak membuat keresahan, menurut Anda?
Buktinya jama'ahnya semakin banyak. Berarti mereka dakwah mengajak orang Islam untuk masuk Ahmadiyah. Dan setelah masuk dia tidak mau jama'ah dengan umat Islam. Masjidnya sendiri, ibadahnya sendiri, wanita Ahmadiyah tidak boleh dinikahi laki-laki yang bukan jama'ah Ahmadiyah. Tapi laki-laki dia boleh menikahi umat Islam. Yang benar saja. jadi kita dianggap kafir, dan dia menganggap dirinya Islam.
Dalam ajaran Ahmadiyah, selain tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai nabi terakhir, apa ada hal-hal lain yang secara aqidah melanggar ketentuan Islam?
Ada ajaran-ajaran lain yang menyimpang dari aqidah Islam. Ada 11 point penyimpangan Ahmadiyah seperti dalam buku "Aliran dan Paham Sesat" karya Hartono Jaiz.
Akhir-akhir ini Islam selalu dipojokkan dengan berbagai hal. Setelah tuduhan terorisme oleh AS dan sekutunya, ajaran sesat, kini Ahmadiyah yang mengklaim diri sebaagai bagian dari umat Islam. Ini gejala apa?
Ini karena era reformasi yang liberal, ditandai dengan kebebasan pers, kebebasan berpendapat, kebebasan berkumpul, demokrasi atas nama hakasasi manusia, dan yang ngawu-ngawur itu kemudian muncul. PKI sekarang saja berani muncul. Ada yang jadi anggota DPR, lalu menulis buku "Aku Bangga Menjadi Anak PKI." Apalagi yang Ahmadiyah, dengan embel-embel Islam.
Apa Anda melihat kejadian ini ada desain dari pihak tertentu untuk mengkacaukan (umat) Islam?
Secara global, pergumulan ideologi itu pasti ada. Memang, di luar Islam ada keresahan dengan kembalinya bangkitnya memimpin dunia ini. Maka, dibuatlah skenario untuk meredam kebangkitan Islam dan umat Islam ini. Maka setiap ada benih yang dijadikan perpecahan umat dan menjadi bom waktu, itu dipelihara dan dibiarkan. Cuma kita tidak bisa membicarkannya secara spesefik. Dari zaman Perang Salib kan memang begitu.
Lalu tanggapan dunia Islam terhadap keberadaan Ahmadiyah seperti apa?
Kalau Malaysia melarang secara tegas. Brunei juga melarang secara tegas. Pakistan menganggap Ahmadiyah sebagai non-Muslim. Lalu Liga Dunia Islam menganggap mereka sebagai bukan Islam. Statement bahwa Ahmadiyah bukan Islam itu sudah maksimal. Silahkan buat agama sendiri. Dia mau naik haji ke Rabwah silahkan, tapi jangan mengaku sebagai Muslim. Itu namanya benalu. Dan benalu harus dipangkas. (sdn)

[ Read More ]

Posted by Bud-Kar Blog - - 0 komentar

Ajaran Islam amat sangat serius memperhatikan soal menjaga lisan sehingga Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
"Barangsiapa yang memberi jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada antara dua janggutnya (lisan) dan apa yang ada antara dua kakinya (kema-luannya) maka aku menjamin Surga untuknya." (HR. Al-Bukhari).

Menjaga Lisan

Seorang muslim wajib menjaga lisannya, tidak boleh berbicara batil, dusta, menggunjing, mengadu domba dan melontarkan ucapan-ucapan kotor, ringkasnya, dari apa yang diharamkan Allah dan Rasul-Nya. Sebab kata-kata yang merupakan produk lisan memiliki dampak yang luar biasa.
Perang, pertikaian antarnegara atau perseorangan sering terjadi karena perkataan dan provokasi kata. Sebaliknya, ilmu pengetahuan lahir, tumbuh dan berkembang melalui kata-kata. Perdamaian bahkan persaudaraan bisa terjalin melalui kata-kata. Ironinya, banyak orang yang tidak menyadari dampak luar biasa dari kata-kata. Padahal Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
"Sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa keridhaan Allah, dan dia tidak menyadarinya, tetapi Allah mengangkat dengannya beberapa derajat. Dan sungguh seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat yang membawa kemurkaan Allah, dan dia tidak mempedulikannya, tetapi ia menjerumuskan-nya ke Neraka Jahannam" (HR. Bukhari)

Hadis Hasan riwayat Imam Ahmad menyebutkan, bahwa semua anggota badan tunduk kepada lisan. Jika lisannya lurus maka anggota badan semuanya lurus, demikian pun sebaliknya. Ath-Thayyibi berkata, lisan adalah penerjemah hati dan penggantinya secara lahiriyah. Karena itu, hadits Imam Ahmad di atas tidak bertentangan dengan sabda Nabi yang lain: "Ketahuilah, sesungguhnya di dalam jasad terdapat segumpal darah, jika ia baik maka baiklah seluruh jasad, dan bila rusak, maka rusaklah seluruh jasad. Ketahuilah, ia adalah hati." (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Berkata Baik Atau Diam

Adab Nabawi dalam berbicara adalah berhati-hati dan memikirkan terlebih dahulu sebelum berkata-kata. Setelah direnungkan bahwa kata-kata itu baik, maka hendaknya ia mengatakannya. Sebaliknya, bila kata-kata yang ingin diucapkannya jelek, maka hendaknya ia menahan diri dan lebih baik diam. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam." (HR. Al-Bukhari).

Adab Nabawi di atas tidak lepas dari prinsip kehidupan seorang muslim yang harus produktif menangguk pahala dan kebaikan sepanjang hidupnya. Menjadikan semua gerak diamnya sebagai ibadah dan sedekah. Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda: "… Dan kalimat yang baik adalah sedekah. Dan setiap langkah yang ia langkahkan untuk shalat (berjamaah di masjid)adalah sedekah, dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah." (HR. Al-Bukhari).

Sedikit Bicara Lebih Utama

Orang yang senang berbicara lama-lama akan sulit mengendalikan diri dari kesalahan. Kata-kata yang me-luncur bak air mengalir akan mengha-nyutkan apa saja yang diterjangnya, dengan tak terasa akan meluncurkan kata-kata yang baik dan yang buruk. Ka-rena itu Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang kita banyak bicara. Beliau Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda artinya,
"…Dan (Allah) membenci kalian untuk qiila wa qaala." (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Imam Nawawi rahimahullah berkata, qiila wa qaala adalah asyik membicarakan berbagai berita tentang seluk beluk seseorang (ngerumpi). Bahkan dalam hadits hasan gharib riwayat Tirmidzi disebutkan, orang yang banyak bicara diancam oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam sebagai orang yang paling beliau murkai dan paling jauh tempatnya dari Rasulullah pada hari Kiamat. Abu Hurairah Radhiallaahu anhu berkata, 'Tidak ada baiknya orang yang banyak bicara.' Umar bin Khathab Radhiallaahu anhu berkata, 'Barangsiapa yang banyak bicaranya, akan banyak kesalahannya.'

Dilarang Membicarakan Setiap Yang Didengar

Dunia kata di tengah umat manusia adalah dunia yang campur aduk. Seperti manusianya sendiri yang beragam dan campur aduk; shalih, fasik, munafik, musyrik dan kafir. Karena itu, kata-kata umat manusia tentu ada yang benar, yang dusta; ada yang baik dan ada yang buruk. Karena itu, ada kaidah dalam Islam soal kata-kata, 'Siapa yang membicarakan setiap apa yang didengarnya, berarti ia adalah pembicara yang dusta'. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam :
"Cukuplah seseorang itu berdosa, jika ia membicarakan setiap apa yang di-dengarnya."
Dalam riwayat lain disebutkan:
"Cukuplah seseorang itu telah berdusta, jika ia membicarakan setiap apa yang didengarnya." (HR. Muslim).

Jangan Mengutuk dan Berbicara Kotor

Mengutuk dan sumpah serapah dalam kehidupan modern yang serba materialistis sekarang ini seperti menjadi hal yang dianggap biasa. Seorang yang sempurna akhlaknya adalah orang yang paling jauh dari kata-kata kotor, kutukan, sumpah serapah dan kata-kata keji lainnya. Ibnu Mas'ud Radhiallaahu anhu meriwayatkan, Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:

"Seorang mukmin itu bukanlah seorang yang tha'an, pelaknat, (juga bukan) yang berkata keji dan kotor." (HR. Bukhari).
Tha'an adalah orang yang suka-merendahkan kehormatan manusia, dengan mencaci, menggunjing dan sebagainya.

Melaknat atau mengutuk adalah do’a agar seseorang dijauhkan dari rahmat Allah. Imam Nawawi rahima-hullah berkata, 'Mendo’akan agar seseorang dijauhkan dari rahmat Allah bukanlah akhlak orang-orang beriman. Sebab Allah menyifati mereka dengan rahmat (kasih sayang) di antara mereka dan saling tolong-menolong dalam kebaikan dan takwa. Mereka dijadikan Allah sebagai orang-orang yang seperti bangunan, satu sama lain saling menguatkan, juga diumpamakan sebagaimana satu tubuh. Seorang mukmin adalah orang yang mencintai saudara mukminnya yang lain sebagai-mana ia mencintai dirinya sendiri. Maka, jika ada orang yang mendo’akan saudara muslimnya dengan laknat (dijauhkan dari rahmat Allah), itu berarti pemutusan hubungan secara total. Padahal laknat adalah puncak doa seorang mukmin terhadap orang kafir. Karena itu disebutkan dalam hadits shahih:
"Melaknat seorang mukmin adalah sama dengan membunuhnya." (HR. Bukhari). Sebab seorang pembunuh memutus-kan orang yang dibunuhnya dari berbagai manfaat duniawi. Sedangkan orang yang melaknat memutuskan orang yang dilaknatnya dari rahmat Allah dan kenikmatan akhirat.

Jangan Senang Berdebat Meski Benar

Saat ini, di alam yang katanya demokrasi, perdebatan menjadi hal yang lumrah bahkan malah digalakkan. Ada debat calon presiden, debat calon gubernur dan seterusnya. Pada kasus-kasus tertentu, menjelaskan argumen-tasi untuk menerangkan kebenaran yang berdasarkan ilmu dan keyakinan memang diperlukan dan berguna.

Tetapi, berdebat yang didasari ketidak-tahuan, ramalan, masalah ghaib atau dalam hal yang tidak berguna seperti tentang jumlah Ashhabul Kahfi atau yang sejenisnya maka hal itu hanya membuang-buang waktu dan berpe-ngaruh pada retaknya persaudaraan. (Lihat Tafsir Sa'di, 5/24, surat Kahfi: 22)

Maka, jangan sampai seorang mukmin hobi berdebat. Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam bersabda:
"Saya adalah penjamin di rumah yang ada di sekeliling Surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan, meski dia benar. Dan di tengah-tengah Surga bagi orang yang meninggalkan dusta, meskipun dia bergurau. Juga di Surga yang tertinggi bagi orang yang baik akh-laknya." (HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani).

Dilarang Berdusta Untuk Membuat Orang Tertawa

Dunia hiburan (entertainment) menjadi dunia yang digandrungi oleh sebagian besar umat manusia.
Salah satu jenis hiburan yang digandrungi orang untuk menghilangkan stress dan beban hidup yang berat adalah lawak. Dengan suguhan lawak ini orang menjadi tertawa terbahak-bahak, padahal di dalamnya campur baur antara kebenaran dan kedustaan, seperti memaksa diri dengan mengarang cerita bohong agar orang tertawa. Mereka inilah yang mendapat ancaman melalui lisan Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam dengan sabda beliau:
"Celakalah orang yang berbicara lalu berdusta untuk membuat orang-orang tertawa. Celakalah dia, dan celakalah dia!" (HR. Abu Daud, dihasankan oleh Al-Albani).

Merendahkan Suara Ketika Berbicara

Meninggikan suaranya, berteriak dan membentak. Dalam pergaulan sosial, tentu orang yang semacam ini sangat dibenci. Bila sebagai pemimpin, maka dia adalah pemimpin yang ditakuti oleh bawahannya. Bukan karena kewibawaan dan keteladanannya, tapi karena suaranya yang menakutkan. Bila sebagai bawahan, maka dia adalah orang yang tak tahu diri.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menegaskan, 'Orang yang meninggikan suaranya terhadap orang lain, maka tentu semua orang yang berakal menge-tahui, bahwa orang tersebut bukanlah orang yang terhormat.' Ibnu Zaid berkata, 'Seandainya mengeraskan suara (dalam berbicara), adalah hal yang baik, tentu Allah tidak menjadikannya sebagai suara keledai.' Abdurrahman As-Sa'di berkata, 'Tidak diragukan lagi, bahwa (orang yang) meninggikan suara kepada orang lain adalah orang yang tidak beradab dan tidak menghormati orang lain.'

Karena itulah termasuk adab berbicara dalam Islam adalah merendahkan suara ketika berbicara. Allah berfirman, artinya: "Dan rendahkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai." (QS. Luqman: 19).
(Ainul Haris)

[ Read More ]

Posted by Bud-Kar Blog - - 0 komentar

Apabila telah tampak tanda-tanda tamyiz pada seorang anak, maka selayaknya dia mendapatkan perhatian sesrius dan pengawasan yang cukup. Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal-hal yang baik, maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala.

Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan keburukan itu. Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa karenanya.

Oleh karena itu, tidak selayaknya orang tua dan pendidik melalaikan tanggung jawab yang besar ini dengan melalaikan pendidikan yang baik dan penanaman adab yang baik terhadapnya sebagai bagian dari haknya. Di antara adab-adab dan kiat dalam mendidik anak adalah sebagai berikut:
§    Hendaknya anak dididik agar makan dengan tangan kanan, membaca basmalah, memulai dengan yang paling dekat dengannya dan tidak mendahului makan sebelum yang lainnya (yang lebih tua, red). Kemudian cegahlah ia dari memandangi makanan dan orang yang sedang makan.
§    Perintahkan ia agar tidak tergesa-gesa dalam makan. Hendaknya mengunyahnya dengan baik dan jangan memasukkan makanan ke dalam mulut sebelum habis yang di mulut. Suruh ia agar berhati-hati dan jangan sampai mengotori pakaian.
§    Hendaknya dilatih untuk tidak bermewah-mewah dalam makan (harus pakai lauk ikan, daging dan lain-lain) supaya tidak menimbulkan kesan bahwa makan harus dengannya. Juga diajari agar tidak terlalu banyak makan dan memberi pujian kepada anak yang demikian. Hal ini untuk mencegah dari kebiasaan buruk, yaitu hanya memen-tingkan perut saja.
§    Ditanamkan kepadanya agar mendahulukan orang lain dalam hal makanan dan dilatih dengan makanan sederhana, sehingga tidak terlalu cinta dengan yang enak-enak yang pada akhirnya akan sulit bagi dia melepaskannya.
§    Sangat disukai jika ia memakai pakaian berwarna putih, bukan warna-warni dan bukan dari sutera. Dan ditegaskan bahwa sutera itu hanya untuk kaumwanita.
§    Jika ada anak laki-laki lain memakai sutera, maka hendaknya mengingkarinya. Demikian juga jika dia isbal (menjulurkan pakaiannya hingga melebihi mata kaki). Jangan sampai mereka terbiasa dengan hal-hal ini.
§    Selayaknya anak dijaga dari bergaul dengan anak-anak yang biasa bermegah-megahan dan bersikap angkuh. Jika hal ini dibiarkan maka bisa jadi ketika dewasa ia akan berakhlak demikian. Pergaulan yang jelek akan berpengaruh bagi anak. Bisa jadi setelah dewasa ia memiliki akhlak buruk, seperti: Suka berdusta, mengadu domba, keras kepala, merasa hebat dan lain-lain, sebagai akibat pergaulan yang salah di masa kecilnya. Yang demikian ini, dapat dicegah dengan memberikan pendidikan adab yang baik sedini mungkin kepada mereka.
§    Harus ditanamkan rasa cinta untuk membaca al Qur’an dan buku-buku, terutama di perpustakaan. Membaca al Qur’an dengan tafsirnya, hadits-hadits Nabi n dan juga pelajaran fikih dan lain-lain. Dia juga harus dibiasakan menghafal nasihat-nasihat yang baik, sejarah orang-orang shalih dan kaum zuhud, mengasah jiwanya agar senantiasa mencintai dan menela-dani mereka. Dia juga harus diberitahu tentang buku dan faham Asy’ariyah, Mu’tazilah, Rafidhah dan juga kelompok-kelompok bid’ah lainnya agar tidak terjerumus ke dalamnya. Demikian pula aliran-aliran sesat yang banyak ber-kembang di daerah sekitar, sesuai dengan tingkat kemampuan anak.
§    Dia harus dijauhkan dari syair-syair cinta gombal dan hanya sekedar menuruti hawa nafsu, karena hal ini dapat merusak hati dan jiwa.
§    Biasakan ia untuk menulis indah (khath) dan mengahafal syair-syair tentang kezuhudan dan akhlak mulia. Itu semua menunjukkan kesempurnaan sifat dan merupakan hiasan yang indah.
§    Jika anak melakukan perbuatan terpuji dan akhlak mulia jangan segan-segan memujinya atau memberi penghargaan yang dapat membahagia-kannya. Jika suatu kali melakukan kesalahan, hendaknya jangan disebar-kan di hadapan orang lain sambil dinasihati bahwa apa yang dilakukannya tidak baik.
§    Jika ia mengulangi perbuatan buruk itu, maka hendaknya dimarahi di tempat yang terpisah dan tunjukkan tingkat kesalahannya. Katakan kepadanya jika terus melakukan itu, maka orang-orang akan membenci dan meremehkannya. Namun jangan terlalu sering atau mudah memarahi, sebab yang demikian akan menjadikannya kebal dan tidak terpengaruh lagi dengan kemarahan.
§    Seorang ayah hendaknya menjaga kewibawaan dalam ber-komunikasi dengan anak. Jangan menjelek-jelekkan atau bicara kasar, kecuali pada saat tertentu. Sedangkan seorang ibu hendaknya menciptakan perasaan hormat dan segan terhadap ayah dan memperingatkan anak-anak bahwa jika berbuat buruk maka akan mendapat ancaman dan kemarahan dari ayah.
§    Hendaknya dicegah dari tidur di siang hari karena menyebabkan rasa malas (kecuali benar-benar perlu). Sebaliknya, di malam hari jika sudah ingin tidur, maka biarkan ia tidur (jangan paksakan dengan aktivitas tertentu, red) sebab dapat menimbulkan kebosanan dan melemahnya kondisi badan.
§    Jangan sediakan untuknya tempat tidur yang mewah dan empuk karena mengakibatkan badan menjadi terlena dan hanyut dalam kenikmatan. Ini dapat mengakibatkan sendi-sendi menjadi kaku karena terlalu lama tidur dan kurang gerak.
§    Jangan dibiasakan melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi, sebab ketika ia melakukannya, tidak lain karena adanya keyakinan bahwa itu tidak baik.
§    Biasakan agar anak melakukan olah raga atau gerak badan di waktu pagi agar tidak timbul rasa malas. Jika memiliki ketrampilan memanah (atau menembak, red), menunggang kuda, berenang, maka tidak mengapa menyi-bukkan diri dengan kegiatan itu.
§    Jangan biarkan anak terbiasa melotot, tergesa-gesa dan bertolak (berkacak) pinggang seperti perbuatan orang yang membangggakan diri.
§    Melarangnya dari membangga-kan apa yang dimiliki orang tuanya, pakaian atau makanannya di hadapan teman sepermainan. Biasakan ia ber-sikap tawadhu’, lemah lembut dan menghormati temannya.
§    Tumbuhkan pada anak (terutama laki-laki) agar tidak terlalu mencintai emas dan perak serta tamak terhadap keduanya. Tanamkan rasa takut akan bahaya mencintai emas dan perak secara berlebihan, melebihi rasa takut terhadap ular atau kalajengking.
§    Cegahlah ia dari mengambil sesuatu milik temannya, baik dari keluarga terpandang (kaya), sebab itu merupakan cela, kehinaan dan menurunkan wibawa, maupun dari yang fakir, sebab itu adalah sikap tamak atau rakus. Sebaliknya, ajarkan ia untuk memberi karena itu adalah perbuatan mulia dan terhormat.
§    Jauhkan dia dari kebiasaan meludah di tengah majlis atau tempat umum, membuang ingus ketika ada orang lain, membelakangi sesama muslim dan banyak menguap.
§    Ajari ia duduk di lantai dengan bertekuk lutut atau dengan menegakkan kaki kanan dan menghamparkan yang kiri atau duduk dengan memeluk kedua punggung kaki dengan posisi kedua lutut tegak. Demikian cara-cara duduk yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallaahu alaihi wa sallam.
§    Mencegahnya dari banyak berbicara, kecuali yang bermanfaat atau dzikir kepada Allah.
§    Cegahlah anak dari banyak bersumpah, baik sumpahnya benar atau dusta agar hal tersebut tidak menjadi kebiasaan.
§    Dia juga harus dicegah dari perkataan keji dan sia-sia seperti melaknat atau mencaci maki. Juga dicegah dari bergaul dengan orang-orang yang suka melakukan hal itu.
§    Anjurkanlah ia untuk memiliki jiwa pemberani dan sabar dalam kondisi sulit. Pujilah ia jika bersikap demikian, sebab pujian akan mendorongnya untuk membiasakan hal tersebut.
§    Sebaiknya anak diberi mainan atau hiburan yang positif untuk melepaskan kepenatan atau refreshing, setelah selesai belajar, membaca di perpustakaan atau melakukan kegiatan lain.
§    Jika anak telah mencapai usia tujuh tahun maka harus diperintahkan untuk shalat dan jangan sampai dibiarkan meninggalkan bersuci (wudhu) sebelumnya. Cegahlah ia dari berdusta dan berkhianat. Dan jika telah baligh, maka bebankan kepadanya perintah-perintah.
§    Biasakan anak-anak untuk bersikap taat kepada orang tua, guru, pengajar (ustadz) dan secara umum kepada yang usianya lebih tua. Ajarkan agar memandang mereka dengan penuh hormat. Dan sebisa mungkin dicegah dari bermain-main di sisi mereka (mengganggu mereka).
Demikian adab-adab yang berkaitan dengan pendidikan anak di masa tamyiz hingga masa-masa menjelang baligh. Uraian di atas adalah ditujukan bagi pendidikan anak laki-laki. Walau demikian, banyak di antara beberapa hal di atas, yang juga dapat diterapkan bagi pendidikan anak perempuan. Wallahu a’lam.

Dari mathwiyat Darul Qasim “tsalasun wasilah li ta’dib al abna’’” asy Syaikh Muhammad bin shalih al Utsaimin rahimahullah .
[Ubaidillah Masyhadi]

[ Read More ]